KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 2.2

Pertanyaan Pemantik
Apa kesimpulan tentang perubahan pengetahuan, keterampilan, sikap sebagai pemimpin pembelajaran setelah mempelajari pembelajaran sosial dan emosional?
Setelah mempelajari modul pembelajaran sosial-emosional, pemahaman saya mengenai pentingnya aspek sosial-emosional dalam proses pembelajaran semakin mendalam. Pengetahuan ini telah memperkaya peran saya sebagai pemimpin pembelajaran, memungkinkan saya untuk tidak hanya fokus pada transfer ilmu pengetahuan, tetapi juga pada pertumbuhan holistik setiap peserta didik. Dengan demikian, saya mampu membangun relasi yang lebih mendalam dengan siswa, tidak terbatas pada aspek akademik semata
Apa kaitan pembelajaran sosial dan emosional yang telah anda pelajari dengan modul-modul sebelumnya?
Kaitan modul 2.2. dengan modul 1.1
Modul 2.2 tentang pembelajaran sosial-emosional telah memperkuat pemahaman saya akan relevansinya dengan filosofi pendidikan Ki Hadjar Dewantara, khususnya prinsip yang menempatkan kepentingan anak sebagai pusat pembelajaran. Pendekatan ini merefleksikan komitmen untuk menciptakan lingkungan belajar yang tidak hanya kondusif untuk pengembangan kognitif, tetapi juga untuk pertumbuhan sosial dan emosional peserta didik.
Kaitan modul 2.2. dengan modul 1.2
Modul 1.2 tentang nilai dan peran guru penggerak dan Modul 2.2 tentang pembelajaran sosial-emosional saling berkaitan erat. Memahami nilai-nilai seorang guru penggerak menjadi kunci dalam menerapkan pembelajaran sosial-emosional yang efektif. Sebaliknya, pengalaman dalam menerapkan pembelajaran sosial-emosional dapat memperkaya nilai-nilai dan peran seorang guru penggerak. Keduanya membentuk sebuah kesatuan yang saling memperkuat untuk menciptakan lingkungan belajar yang holistik
Kaitan modul 2.2. dengan modul 1.3
Visi guru penggerak untuk menciptakan lingkungan belajar yang inklusif dan memberdayakan peserta didik selaras dengan penerapan pembelajaran sosial-emosional. Dengan mengintegrasikan pembelajaran sosial-emosional, guru penggerak tidak hanya mengembangkan kompetensi akademik peserta didik, tetapi juga membekali mereka dengan keterampilan hidup yang penting untuk menghadapi masa depan
Kaitan modul 2.2. dengan modul 1.4
Guru memiliki berbagai strategi untuk mengembangkan pembelajaran sosial dan emosional pada peserta didik, mulai dari pembelajaran langsung, integrasi dalam mata pelajaran lain, hingga menciptakan lingkungan belajar yang positif. Semua pendekatan ini sama-sama penting untuk membangun budaya sekolah yang positif, seperti yang telah dibahas sebelumnya.
Kaitan modul 2.2. dengan modul 2.1
Modul 2.2 dan 2.1 saling melengkapi dalam memberikan pembelajaran yang lebih personal bagi setiap peserta didik. Dengan menggabungkan pembelajaran berdiferensiasi dan pembelajaran sosial-emosional, guru dapat menciptakan pengalaman belajar yang lebih relevan dan bermakna.
Pengalaman dan pemahaman saya hingga tahap 2.2.j Koneksi Antar Materi - Modul 2.2.
- Sebelum memahami modul ini, saya meyakini bahwa penerapan pembelajaran berdiferensiasi sudah cukup untuk mengakomodasi perbedaan peserta didik dalam pembelajaran, sehingga guru dapat lebih fokus mengajar sesuai dengan kemampuan dan minat mereka.
- Namun, setelah menjalani modul ini, saya menyadari bahwa pembelajaran berdiferensiasi belum sepenuhnya mencukupi untuk menghadirkan pembelajaran yang benar-benar berorientasi pada kebutuhan peserta didik. Kombinasi antara pembelajaran berdiferensiasi dan pembelajaran sosial emosional ternyata mampu menciptakan kondisi mental, sosial, dan emosional yang lebih siap bagi peserta didik dalam mengikuti pembelajaran.
- Terkait kebutuhan mendesak akan lingkungan belajar yang aman dan nyaman, demi mendorong peningkatan kompetensi akademik dan kesejahteraan psikologis (well-being) seluruh individu di sekolah, saya menangkap tiga hal mendasar dari modul ini: a. pentingnya kesadaran sosial dan emosional; b. nilai kesadaran penuh (mindfulness); c. pelaksanaan pembelajaran sosial emosional dalam lingkungan kelas dan sekolah secara komprehensif.
Kompetensi Sosial dan Emosional
Ada 5 kompetensi sosial dan emosional, yakni:
Kesadaran diri
Kesadaran diri adalah kemampuan untuk memahami perasaan, emosi, dan nilai-nilai diri sendiri, dan bagaimana pengaruhnya pada perilaku diri dalam berbagai situasi dan konteks kehidupan.
Contoh kesadaran diri:
- Dapat menggabungkan identitas pribadi dan identitas sosial
- Mengidentifikasi kekuatan/aset diri dan budaya
- Mengidentifikasi emosi-emosi dalam diri
- Menunjukkan integritas dan kejujuran
- Dapat menghubungkan perasaan, pikiran, dan nilai-nilai
- Menguji dan mempertimbangkan prasangka dan bias
- Memupuk efikasi diri
- Memiliki pola pikir bertumbuh
- Mengembangkan minat dan menetapkan arah tujuan hidup
Manajemen diri
Manajemen diri adalah kemampuan untuk mengelola emosi, pikiran, dan perilaku diri secara efektif dalam berbagai situasi dan untuk mencapai tujuan dan aspirasi.
Contoh manajemen diri:
- Mengelola emosi diri
- Mengidentifikasi dan menggunakan strategi-strategi pengelolaan stres
- Menunjukkan disiplin dan motivasi diri
- Merancang tujuan pribadi dan bersama
- Menggunakan keterampilan merancang dan mengorganisir
- Memperlihatkan keberanian untuk mengambil inisiatif
- Mendemonstrasikan kendali diri dan dalam kelompok
Kesadaran sosial
Kesadaran Sosial adalah kemampuan untuk memahami sudut pandang dan dapat berempati dengan orang lain termasuk mereka yang berasal dari latar belakang, budaya, dan konteks yang berbeda-beda.
Contoh kesadaran sosial:
- Mempertimbangkan pandangan/pemikiran orang lain
- Mengakui kemampuan/kekuatan orang lain
- Mendemonstrasikan empati dan rasa welas kasih
- Menunjukkan kepedulian atas perasaan orang lain
- Memahami dan mengekspresikan rasa syukur
- Mengidentifikasi ragam norma sosial, termasuk dengan norma-norma yang menunjukkan ketidakadilan
Kemampuan berelasi
Keterampilan Berelasi adalah kemampuan untuk membangun dan mempertahankan hubungan-hubungan yang sehat dan suportif.
Contoh kemampuan berelasi:
- Berkomunikasi dengan efektif
- Mengembangkan relasi/hubungan positif
- Memperlihatkan kompetensi kebudayaan
- Mempraktikkan kerjasama tim dan pemecahan masalah secara kolaboratif
- Dapat melawan tekanan sosial yang negatif
- Menunjukkan sikap kepemimpinan dalam kelompok
- Mencari dan menawarkan bantuan apabila membutuhkan
- Turut membela hak-hak orang lain
Pengambilan keputusan yang bertanggung jawab
Pengambilan keputusan yang bertanggung jawab adalah kemampuan untuk mengambil pilihan-pilihan membangun yang berdasar atas kepedulian, kapasitas dalam mempertimbangkan standar-standar etis dan rasa aman, dan untuk mengevaluasi manfaat dan konsekuensi dari bermacam-macam tindakan dan perilaku untuk kesejahteraan psikologis (well-being) diri sendiri, masyarakat, dan kelompok.
Contoh Pengambilan keputusan yang bertanggung jawab:
- Menunjukkan rasa ingin tahu dan keterbukaan pikiran
- Mengidentifikasi/mengenal solusi dari masalah pribadi dan sosial
- Berlatih membuat keputusan beralasan/masuk akal, setelah menganalisis informasi, data, dan fakta
- Mengantisipasi dan mengevaluasi konsekuensi-konsekuensi dari tindakannya
- Menyadari bahwa keterampilan berpikir kritis sangat berguna baik di dalam maupun di luar lingkungan sekolah
- Merefleksikan peran seseorang dalam memperkenalkan kesejahteraan psikologis (well-being) diri sendiri, keluarga, dan komunitas
- Mengevaluasi dampak/pengaruh dari seseorang, hubungan interpersonal, komunitas, dan kelembagaan
Kesadaran Penuh (Mindfulness)
Kesadaran penuh adalah kesadaran yang muncul ketika seseorang memberikan perhatian secara sengaja/sadar pada kondisi saat sekarang. Dilandasi rasa ingin tahu (tanpa menghakimi) dan kebaikan yang sebenarnya telah ada dalam diri manusia secara alami tanpa perlu diajarkan ataupun ditumbuhkan.
Implementasi Pembelajaran Sosial dan Emosional di Kelas dan Sekolah
Ada tiga cara implementasi pembelajaran sosial emosional di kelas dan sekolah, yakni:
- Pengajaran Eksplisit
Implementasi PSE dengan pengajaran eksplisit memastikan murid memiliki kesempatan yang konsisten untuk menumbuhkan, melatih, dan berefleksi tentang kompetensi sosial dan emosional dengan cara yang sesuai dan terbuka dengan keragaman budaya. Pengajaran eksplisit KSE dapat dilaksanakan dalam bentuk kegiatan kokurikuler dan ekstrakurikuler. Pendidik dapat menggunakan berbagai proyek, acara atau kegiatan sekolah yang rutin untuk mengajarkan kompetensi sosial dan emosional secara eksplisit.
- Integrasi dalam Praktik Mengajar Guru dan Kurikulum Akademik
Untuk mengintegrasikan KSE dalam praktek mengajar guru dan kurikulum akademik, tujuan Kompetensi Sosial Emosional dapat diintegrasikan ke dalam konten pembelajaran dan strategi pembelajaran pada materi akademik, serta musik, seni, dan pendidikan jasmani.
- Menciptakan Iklim Kelas dan Budaya Sekolah
Salah satu upaya mengubah lingkungan sekolah (iklim kelas dan sekolah), adalah melalui praktik guru dan gaya interaksi mereka dengan murid, atau dengan mengubah peraturan dan harapan sekolah.
Berkaitan dengan no 2, perubahan yang akan saya terapkan di kelas dan sekolah:
- Bagi murid-murid:
Saya akan mengembangkan rencana pembelajaran yang mengintegrasikan pembelajaran berdiferensiasi dengan pembelajaran sosial dan emosional. Selain itu, saya juga akan berupaya melaksanakan program-program di sekolah yang bertujuan meningkatkan kompetensi sosial dan emosional peserta didik. Dengan pendekatan ini, saya berharap dapat menciptakan lingkungan belajar yang tidak hanya mengakomodasi perbedaan individu, tetapi juga membantu peserta didik berkembang secara sosial dan emosional.
- Bagi rekan sejawat:
Saya bertekad untuk menjadi contoh yang baik dalam penerapan pembelajaran berbasis kompetensi sosial dan emosional. Dengan menjadi teladan, saya berharap dapat menginspirasi rekan sejawat untuk turut menerapkan pendekatan ini dalam pembelajaran mereka. Dengan begitu, kami bersama-sama dapat menciptakan lingkungan belajar yang lebih inklusif, mendukung perkembangan sosial dan emosional peserta didik secara optimal.
Posting Komentar untuk "KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 2.2"