Jejak Langkah Mahasiswa KKN-PPL Terpadu

Pukul 11.30 siang, saat matahari telah memancarkan sinarnya dengan cukup terik di UPT SPF SD Inpres Buttatianang II ketika enam mahasiswa penuh semangat—Ayu, Lala, Tiara, Wahda, dan Ashara—memulai babak baru dalam perjalanan akademis mereka KKN-PPL Terpadu. Satu nama lagi, Asri Melia Sari, seharusnya menjadi bagian dari tim, namun bayangannya memudar begitu cepat. Di hari kedua, Asri mengundurkan diri, dengan alasan klasik namun krusial, ketidakmampuan mengatur jadwalnya sendiri. Kepergiannya menjadi pengingat dini bagi yang tersisa tentang pentingnya disiplin, sebuah kata yang akan menggema kuat selama pengabdian mereka.
Di bawah bimbingan Pak Erwin, S.Pd., Gr., guru pamong yang dipercayakan langsung oleh kepala sekolah, kelima mahasiswa itu langsung dihadapkan pada realitas lapangan. Tak ada waktu untuk berleha-leha. "Adik-adik Mahasiswa, besok kalian sudah mulai masuk kelas, ya. Amati, bantu, dan belajar," ujar Pak Erwin dengan nada tegas namun bersahabat. Tentu saja, ini mengejutkan, namun juga memacu adrenalin. Mereka sadar, KKN PPL ini bukan sekadar formalitas.
Minggu pertama berlalu dengan cepat, diisi dengan observasi dan asistensi mengajar. Di pekan berikutnya, agenda penting sudah menanti, seminar program kerja. Sebelum hari-H, Lala, yang didapuk sebagai ketua tim, bersama Ayu, Tiara, Wahda, dan Ashara, berulang kali berkoordinasi dengan Pak Erwin. Setiap detail program, mulai dari pengadaan alat peraga untuk kelas rendah, pembenahan kelas, penataan taman perpustakaan, penataan UKS, hingga program keindahan sekolah, mereka diskusikan matang. Pak Erwin, dengan pengalamannya, memberikan masukan-masukan konstruktif, memastikan program mereka realistis dan berdampak.
Tanggal 20 Mei 2025, seminar program kerja pun dilaksanakan. Dengan percaya diri, Lala memaparkan setiap rencana di hadapan para guru UPT SPF SD Inpres Buttatianang II. Seminar berlangsung sukses. Semua program mendapat dukungan penuh, bahkan beberapa guru memberikan saran tambahan agar implementasinya lebih optimal dan selesai tepat waktu. Senyum lega terukir di wajah kelima mahasiswa itu.
Esoknya, program kerja mulai dieksekusi. Di sinilah peran Pak Erwin sangat terlihat Beliau adalah personifikasi dari perencanaan yang matang sebelum bertindak. Setiap pagi, beliau memberikan arahan detail kepada mahasiswanya, memastikan setiap langkah sesuai dengan rencana besar yang telah disepakati. Tak hanya memberi arahan, Pak Erwin juga tak segan turun tangan langsung, membantu mengecat dinding kelas yang mereka gagas, atau ikut mendampingi saat sesi perencanaan pembuatan media pembelajaran untuk kelas rendah.
"Disiplin itu kunci adik-adik, "sering Pak Erwin berujar di sela-sela kegiatan" Tanpa disiplin, rencana sebagus apapun hanya akan jadi angan-angan." Perkataannya bukan isapan jempol. Beliau sendiri adalah teladan nyata. Setiap pekerjaan yang diamanahkan kepadanya selalu tuntas dengan hasil memuaskan. Tak heran, kepala sekolah sering mempercayakannya untuk mengkoordinir pekerjaan-pekerjaan prioritas sekolah. Kedisiplinan Pak Erwin menular, memotivasi Ayu dan kawan-kawan untuk selalu datang tepat waktu, mempersiapkan materi ajar dengan baik, dan menjalankan program kerja dengan penuh tanggung jawab.\
Namun, waktu kebersamaan itu harus terpotong. Di tengah semangat mereka yang membara, Pak Erwin harus keluar kota, yang mengharuskannya meninggalkan Buttatianang II untuk sementara waktu. Kabar ini bak petir di siang bolong bagi para mahasiswa. "Bagaimana kami tanpa Bapak?" keluh Wahda, mewakili kegelisahan teman-temannya. Mereka merasa sangat bergantung pada bimbingan dan kehadiran Pak Erwin.
Dengan senyum bijaknya, Pak Erwin menenangkan mereka. "Kalian pasti bisa". Yang terpenting, jaga disiplin yang sudah kalian bangun. Ingat, program kerja dan jadwal mengajar tidak boleh terbengkalai hanya karena saya tidak ada di sini. Saya percaya kalian." Kata-kata itu, meski berat, menjadi cambuk semangat.
Ditinggal Pak Erwin adalah ujian sesungguhnya. Awalnya, terasa limbung. Namun, bayangan Asri Melia Sari yang gagal karena tak mampu mengatur waktunya serta semangat dan teladan disiplin Pak Erwin, terus memotivasi mereka. Lala mengambil alih komando, memastikan setiap anggota tim menjalankan tugasnya sesuai jadwal. Mereka belajar bahwa disiplin sejati lahir dari kesadaran diri, bukan semata karena ada pengawas. Mereka teringat bagaimana Pak Erwin selalu menyiapkan segalanya dengan terencana, bagaimana beliau tak pernah menunda pekerjaan. Pelajaran itu meresap, menjadi pegangan mereka. Hari demi hari, program kerja tetap berjalan, jadwal mengajar terpenuhi, bahkan beberapa inisiatif kecil berhasil mereka kembangkan sendiri.
Kelak ketika KKN PPL Terpadu mereka berakhir, bukan hanya UPT SPF SD Inpres Buttatianang II yang mendapatkan manfaat, tetapi juga Ayu, Lala, Tiara, Wahda, dan Ashara. Mereka pulang membawa pengalaman berharga, dan yang terpenting, pemahaman mendalam bahwa disiplin adalah fondasi keberhasilan, sebuah pelita yang akan terus membimbing langkah mereka, bahkan ketika sang mentor tak lagi mendampingi secara fisik. Jejak Pak Erwin telah terukir, bukan hanya dalam program kerja, tapi dalam karakter mereka.
Masyaallah pak terimakasih atas segala arahan dan bimbingannya yang selalu mengajarkan kami kedisiplinan serta memberikan pengalaman baru. Baru kali ini dapat guru pamong sebaik Pak Erwin yang tegas tapi dapat bersahabat bersama kami. Sehat selalu ki pak 🙏🏻🥹
BalasHapus