JURNAL REFLEKSI DWI MINGGUAN 3.2

Modul "Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya" mulai dipelajari pada 23 Oktober 2024 oleh CGP Angkatan 11 Program Pendidikan Guru Penggerak. Sebagai bagian dari tugas pembuatan jurnal refleksi, kali ini saya menggunakan model F4 yang dikembangkan oleh Dr. Roger Greenaway (Facts, Feelings, Findings, Future). Modul ini memberikan wawasan mendalam tentang bagaimana seorang pemimpin harus mengelola sumber daya yang tersedia dengan efektif dan efisien. 

1. Peristiwa (Facts)

Pada tanggal 23 Oktober 2024, CGP memulai pembelajaran dengan topik "Mulai dari Diri" sebagai bagian dari alur awal MERDEKA. Kegiatan ini dilakukan melalui moda mandiri, di mana kami diharuskan mengingat kembali berbagai faktor yang mempengaruhi ekosistem sekolah serta peran pemimpin dalam pengelolaan sumber daya. Pada sesi ini, saya diharuskan memberikan respons terhadap beberapa pertanyaan untuk mengukur sejauh mana pemahaman saya mengenai materi ini. Pertanyaan tersebut dirancang untuk menggali pemahaman saya mengenai bagaimana kita dapat memberdayakan diri sendiri sebelum membawa perubahan yang signifikan ke lingkungan sekolah.

Kemudian, pada tanggal 24 Oktober 2024, kegiatan berlanjut dengan sesi eksplorasi konsep yang memungkinkan kami untuk melakukan eksplorasi mandiri. Saya menelaah beberapa konsep dasar, termasuk sekolah sebagai ekosistem, pendekatan berbasis kekurangan dan pendekatan berbasis aset, serta sejarah singkat dari Pendekatan Asset-Based Community Development. Di dalam sesi pembelajaran ini, kami juga diminta untuk menjawab beberapa pertanyaan pemantik yang nantinya akan didiskusikan bersama di forum diskusi. Hal ini bertujuan untuk memperdalam pemahaman kami mengenai konsep dan implementasi dari pendekatan berbasis aset dalam konteks pendidikan.

Pada tanggal 25 Oktober 2024, saya mengikuti ruang kolaborasi modul 3.2 di forum diskusi pertama. Forum ini dihadiri oleh CGP lainnya, yang sudah dikelompokkan dan didampingi oleh fasilitator. Di sini, kami diminta untuk mengidentifikasi berbagai sumber daya yang ada di daerah kami untuk keperluan sekolah dan merumuskan strategi pemanfaatan sumber daya tersebut secara efektif. Pemetaan aset daerah ini kemudian akan dipresentasikan kepada kelompok lain pada sesi kedua ruang kolaborasi di modul 3.2. Melalui kegiatan ini, kami belajar bagaimana memanfaatkan potensi lokal untuk mendukung proses pendidikan di sekolah kami masing-masing.

Pada tanggal 28 Oktober 2024, saya kembali mengikuti ruang kolaborasi kedua untuk kegiatan presentasi dari tiap kelompok. Saya tergabung dalam kelompok 2 bersama rekan-rekan sejawat di CGP Angkatan 11 Kota Makassar. Pada sesi presentasi ini, kelompok kami mengidentifikasi berbagai aset dan cara pemanfaatannya di wilayah Kecamatan Tallo. Kami membahas potensi yang ada serta strategi untuk mengoptimalkan penggunaan aset tersebut demi kemajuan sekolah dan pendidikan di daerah kami.

Terakhir, pada tanggal 01 November 2024, saya mengikuti sesi Elaborasi Pemahaman bersama instruktur. Melalui sesi ini, pemahaman saya mengenai pengelolaan sumber daya semakin mendalam. Instruktur membantu kami untuk lebih memahami konsep-konsep yang telah dipelajari dan mengaplikasikannya dalam konteks nyata. Dengan adanya elaborasi pemahaman ini, saya merasa lebih siap dan percaya diri dalam mengelola sumber daya yang ada demi kemajuan pendidikan di sekolah saya.

2. Perasaan (Feelings)

Dalam sesi pembelajaran ini, saya merasa sangat gembira karena telah memperoleh pengetahuan baru yang terkait dengan materi dari modul ini. Pengetahuan ini membuka mata saya terhadap potensi sumber daya yang ada di sekitar lingkungan sekolah saya, yang selama ini belum sepenuhnya saya sadari. Saya merasa termotivasi untuk melakukan pemetaan yang komprehensif terhadap semua aset tersebut agar dapat dimanfaatkan secara efektif untuk kemajuan sekolah.

Selain itu, pengetahuan yang saya peroleh memotivasi saya untuk berbagi dengan rekan-rekan sejawat di sekolah. Saya ingin mereka juga mengadopsi pendekatan PKBA (Pengembangan Komunitas Berbasis Aset) dalam upaya menemukan dan mengoptimalkan aspek positif dalam kehidupan sekolah. Dengan pendekatan ini, saya berharap dapat membantu menciptakan lingkungan pembelajaran yang lebih berdaya dan bermanfaat bagi peserta didik.

Melalui sesi pembelajaran ini, saya juga belajar bahwa sekolah tidak hanya tentang bangunan dan fasilitas, tetapi juga tentang komunitas yang ada di dalam dan di sekitarnya. Dengan mengidentifikasi dan memanfaatkan aset-aset yang ada di lingkungan sekitar, saya percaya bahwa kita bisa menciptakan ekosistem pendidikan yang lebih inklusif dan berkelanjutan. Pendekatan ini juga menekankan pentingnya kolaborasi antara sekolah, keluarga, dan masyarakat dalam mendukung proses belajar mengajar.

Sesi pembelajaran ini memberikan saya perspektif baru tentang bagaimana kita bisa memanfaatkan kekuatan dan potensi yang ada di komunitas untuk mendukung pendidikan. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang pengelolaan sumber daya, saya merasa lebih siap untuk menghadapi tantangan yang ada dan menemukan solusi yang inovatif untuk meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah saya. Saya juga merasa lebih percaya diri dalam peran saya sebagai pemimpin yang dapat menginspirasi dan memberdayakan orang lain untuk bersama-sama mencapai tujuan pendidikan yang lebih baik.

Secara keseluruhan, sesi ini tidak hanya memberikan pengetahuan dan keterampilan baru, tetapi juga memperkuat komitmen saya untuk terus belajar dan berkembang. Saya berharap dapat terus menerapkan dan mengembangkan pendekatan PKBA dalam berbagai aspek kehidupan sekolah, dan membawa dampak positif yang signifikan bagi seluruh komunitas sekolah.

3. Pembelajaran (Findings)

Dalam sesi pembelajaran Ruang Kolaborasi Sesi 1 pada modul ini, saya mendapatkan banyak pelajaran berharga. Saya belajar untuk fokus pada aspek-aspek positif dalam pengambilan keputusan dan perencanaan, berdasarkan kekuatan, inspirasi, serta potensi yang ada. Modul ini mendorong perubahan paradigma dari pola pikir yang seringkali bersifat defisit, di mana kita cenderung melihat permasalahan dan kekurangan terlebih dahulu (Deficit Based Thinking). Perubahan ini adalah langkah yang sangat positif untuk mengembangkan pendekatan yang lebih proaktif dan membangun pada aset yang ada di sekitar kita. Saya merasa sangat termotivasi untuk menerapkan prinsip-prinsip ini dalam praktik pengambilan keputusan dan pengelolaan program di sekolah.

Dalam modul ini, CGP mendalami konsep sekolah sebagai ekosistem, di mana terdapat interaksi antara unsur biotik (unsur yang hidup seperti murid, guru, kepala sekolah, staf/tenaga kependidikan, pengawas sekolah, orang tua murid/wali, dan masyarakat sekitar sekolah) dan unsur abiotik (unsur yang tidak hidup seperti keuangan, sarana, dan prasarana). Dengan pemahaman ini, CGP menyadari bahwa sekolah bukanlah entitas yang berdiri sendiri, tetapi terhubung erat dengan lingkungan sekitarnya. Hal ini membuka peluang untuk memanfaatkan semua sumber daya yang ada dalam dan di sekitar sekolah secara lebih efektif dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan.

Pembelajaran di modul ini juga memberi kesempatan bagi kami untuk membedakan tujuh aset utama yang dimiliki oleh lingkungan sekolah. Aset-aset tersebut meliputi modal manusia, modal sosial, modal fisik, modal lingkungan/alam, modal finansial, modal politik, dan modal agama dan budaya. Dengan mengetahui aset-aset yang ada dalam komunitas, diharapkan kita memiliki strategi dalam pemanfaatannya sehingga pada akhirnya kita memiliki karakteristik komunitas yang sehat dan resilen.

Saya merasa sangat antusias dengan pengetahuan baru yang diperoleh dari modul ini. Pemahaman ini membuka mata saya terhadap potensi sumber daya yang ada di lingkungan sekolah yang sebelumnya mungkin terabaikan. Saya termotivasi untuk melakukan pemetaan komprehensif terhadap semua aset tersebut agar dapat dimanfaatkan secara optimal. Selain itu, saya juga merasa tertantang untuk berbagi pengetahuan ini dengan rekan sejawat di sekolah, agar mereka juga dapat mengadopsi pendekatan PKBA (Pengembangan Komunitas Berbasis Aset) dalam upaya menemukan aspek positif dalam kehidupan sekolah dan mengoptimalkannya.

Dengan pendekatan ini, saya berharap kami bisa menciptakan lingkungan pembelajaran yang lebih berdaya dan bermanfaat bagi peserta didik. Pemahaman bahwa sekolah tidak hanya tentang bangunan dan fasilitas, tetapi juga tentang komunitas yang ada di dalam dan di sekitarnya, memberikan perspektif baru tentang bagaimana kita bisa memanfaatkan kekuatan dan potensi yang ada di komunitas untuk mendukung pendidikan. Pembelajaran ini menekankan pentingnya kolaborasi antara sekolah, keluarga, dan masyarakat dalam mendukung proses belajar mengajar.

Secara keseluruhan, sesi ini tidak hanya memberikan pengetahuan dan keterampilan baru, tetapi juga memperkuat komitmen saya untuk terus belajar dan berkembang. Saya berharap dapat terus menerapkan dan mengembangkan pendekatan PKBA dalam berbagai aspek kehidupan sekolah, dan membawa dampak positif yang signifikan bagi seluruh komunitas sekolah. Pengetahuan dan motivasi yang saya peroleh dari modul ini akan menjadi bekal berharga dalam perjalanan saya sebagai pendidik dan pemimpin di sekolah

4. Penerapan (Future)

Dengan pemahaman yang diperoleh dari modul ini, diharapkan CGP dapat mengadopsi pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset (Asset-Based Community Development/ABCD) dengan mengubah pola pikir dan sikap positif sebagai langkah awal. Implementasi modul ini bertujuan untuk membantu sekolah dalam membangun ekosistem yang dapat merangsang pertumbuhan dan perkembangan siswa, sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila.

Penting untuk diingat bahwa cara sekolah memandang ekosistemnya sangat mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran. Dengan menggunakan pendekatan ABCD, potensi positif di lingkungan sekolah dapat diidentifikasi dan dioptimalkan, sehingga aset dan sumber daya yang ada dapat dijadikan dasar pengembangan pendidikan yang lebih efektif dan inklusif.

Pendekatan ini menekankan pentingnya mengubah pola pikir dari yang hanya berfokus pada kekurangan dan masalah menjadi lebih proaktif dengan mengidentifikasi kekuatan dan potensi yang ada di sekitar. Dengan demikian, CGP diharapkan mampu melihat berbagai aset yang ada dalam lingkungan sekolah, baik itu modal manusia, modal sosial, modal fisik, modal lingkungan/alam, modal finansial, modal politik, maupun modal agama dan budaya.

Selain itu, pendekatan ABCD ini juga memberikan wawasan tentang bagaimana kolaborasi antara sekolah, keluarga, dan masyarakat dapat menciptakan ekosistem pendidikan yang lebih inklusif dan berkelanjutan. Dengan melibatkan berbagai pihak dalam proses ini, sekolah dapat memanfaatkan sumber daya yang ada secara lebih efektif untuk mendukung peningkatan kualitas pendidikan.

Implementasi pendekatan ini memerlukan komitmen dari seluruh elemen sekolah untuk terus belajar dan berkembang, serta untuk selalu melihat sisi positif dari setiap tantangan yang dihadapi. Dengan demikian, sekolah dapat menjadi lingkungan yang mendukung pembelajaran dan perkembangan siswa secara holistik, sejalan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Profil Pelajar Pancasila.

Secara keseluruhan, dengan menerapkan pendekatan ABCD, sekolah dapat membuka potensi dan aset yang dimiliki, dan menggunakannya sebagai dasar untuk pengembangan pendidikan yang lebih baik. Ini tidak hanya akan meningkatkan kualitas pembelajaran, tetapi juga membangun komunitas sekolah yang lebih kuat, sehat, dan resilen.

Posting Komentar untuk "JURNAL REFLEKSI DWI MINGGUAN 3.2"